Senin, 01 Februari 2016

Malam!

Kali ini saya kembali dengan saya yang baru. Saya yang sudah menyandang gelar baru, meski belum di sah-kan.

Maaf, saya kembali mangkir dari janji yang sudah saya buat kemarin, untuk bercerita di media ini, semasa libur itu. Ya.. apa daya. Ide mandet. Tugas mampet. Keduanya macet. Halah.

Pagi menjelang siang tadi saya terlibat dalam sebuah dialog dengan seorang teman. 
Sebut saja dia A, dan saya B. Awalnya bahasannya tentang buku tahunan angkatan. Entah kenapa jadi melenceng ke bahasan berikut

A: eh,  ada loh temen aku, dia udah kerja, lagi nyari gitu..
B: *perasaaan mulai gak enak. Kebayang kemana ujunya ini bahasan*
A: dia katanya maunya cewek yang, ya.. kalo dia pulang kerumah liat istrinya lagi solat gitu.. kan adem ya.. ada kira-kira temen situ yang cocok?
B: Ada sih..  dia lagi praktek sekarang.. anaknya cantik.. tapi big size dikit.. ada juga satu lagi.. eh, mana foto temennya, biar aku liat dulu
A: gak ada fotonya
B: medsos?
A: dia mah gak main gituan..
B: masih ada orang gak main medsos? *garuk-garuk kepala* Emang dia kerjanya apa?
A: dia sulap juga kaya aku. Satu managemen.
Pas bilang sulap ini muka si A sumringah. Kemudian saya jadi ngek sendiri. Secara saya suka ngekor pandang emang ke anak ini kalo dia udah sibuk dengan kartu atau koin di tangan. Seru aja liatnya. Saya selalu menikmati dibodoh-bodohi sama kelincahan tangan teman saya ini -___-
A: hm.. kenapa nggak sama kamu aja?
B: (tuh kan ujung-ujungnya)    Hahaaha. Kenapa aku?  (pake jawaban aman aja lah)
A: ya, kan aku udah kenal situ gimana.
Ahirnya saya rekomendasikan salah satu teman sekelas kita yang dia kenal juga (ngambil dari pernyataan dia tadi. Cari aman. Haha)

Umur-umur segini, apalagi ditambah dengan kondisi yang udah selesai pendidikan, bahasan perkara perihal calon dan mencalonkan ini udah jadi makanan sehari-hari yang walau udah sehari-hari dikonsumsi tetep aja bikin perut mules buat ngejawab nya. Contohnya aja di obrolan siang tadi itu.

Katanya mau cepet.. tapi giliran di hadepin banget langsung pengen pura-pura mati aja..

Itu tuh  yang selalu saya sendiri pertanyakan sama diri sendiri. Katanya mau cepet dengan beragam alasan yang menguatkan, tapi giliran udah di hadapin banget saya ya begitu itu. Kalo gak nolak, ya ngerekomendasiin orang lain, atau ketawa ngambang tanpa jawaban. Saya ini maunya apa toh?  -.-

Setelah sering adu argumen dengan diri sendiri, saya simpulkan bahwa sebenarnya saya belum terlalu siap. 
Ya.
Belum.
Saya hanya siap kalau yang datang adalah orang yang saya tuju. Orang yang saya doakan untuk sementara dia tidak tau dia ada dalam doa saya, malah mungkin bisa jadi dia mendoakan orang lain untuknya. 
Kenapa saya bilang siap? 
Karena saya sendiri tau dia entah akan datang pada saya atau tidak. Karena tidak ada kepastian dari dua pihak. Lain ceritanya kalau saya sudah tau dia akan datang pada saya, bisa jadi saya berubah jadi tidak siap. Bisa jadi saya akan diliputi kebimbangan akut terhadap banyak hal nya. Sementara sekarang saja, sekalau si yang di tuju seakan-akan memberikan sinyal baik, saya langsung diliputi bermacam pertanyaan,pertimbangan dan kebimbangan. Saya merasa siap hanya jika ada satu sisi saja. Saya dan kekaguman saya. Kesiapan yang aneh.

Sementara, dunia baru itu bukan cuma perkara cinta dua manusia. Masih banyak ilmu yang perlu di siapkan sebagai bekal, meski itu juga bukan hambatan untuk menunda. Semakin cepat semakin baik. Namun cepat tanpa tepat juga tidak akan baik.

Semua akan datang di saat dan waktu yang tepat. Itu yang sedang saya tunggu.





Padang, Awal Februari.

Sabtu, 28 November 2015

Siang!

Long time nggak berkunjung ke akun ini. Kali ini bukan karena adanya akun-akun lain, tapi emang terlebih masalah waktu. Waktu 24jam yang diberikan sang pemilik hari masih kurang bisa di managemen dengan baik, sampai-sampai selalu terasa kurang.

Banyak hal sudah terjadi, terhitung dari kali terahir menceritakan cerita-cerita disini. Banyak pula peristiwa-peristiwa perting berlalu, tanpa terdokumentasi dengan baik melalui tulisan. Meski dokumentasi dalam bentuk gambar itu ada, tapi, tanpa dokumentasi dalam bentuk tulisan, rasanya... ya gitu deh.. agak ada yang kurang lengkap gitu. #kayaIklan ya

Wow!

barusan cek TKP, ternyata udah beberapa bulan berlalu dari terahir cerita disini yaa..

Okelah, semoga di minggu libur ini bisa diselingi sedikit cerita-cerita nya yaaa...

wassalamualaikum :D

Kamis, 23 Juli 2015

halo
sudah lama tidak bercerita lagi.
karena masih dalam suasana bulan syawal, saya mohon maaf lahir batin buat semua yang kemungkinan nyasar sampe-sampe baca blog ini.

anyway, sekarang saya sudah menjadi seorang mahasiswa praktek profesi apoteker. Meski cita-cita masih belum terlalu bulat untuk menggunakan ijazah ini kelak (read: masih pengen jadi pengusaha aja), tapi semua harus dijalani dengan serius. Karena hidup ini bukan main-main.
sedikit dirundung duka, hari pertama di bangsal anak, ada pasien baru yang masuk dan langsung dalam keadaan kritis. Sesaat kami bertemu dan dia pergi. Sepertinya bumi terlalu buruk pengaruhnya untuknya sehingga yang maha memilihnya untuk jadi penduduk surga. Ah.. iri..
Mungkin si cantik kaila di sana jadi temannya khalid. Titip salam rindu dari anti nya khalid ya kaila. Bilang khalid buat ajak anti ke surga bareng ayah sama bunda nya. :)

Ini bukan kali pertama ketemu pasien yang berahir dengan begini. Di dua bangsal sebelumnya udah banyak malah pasien yang umurnya nggak cukup untuk menikmati 1 syawal 1436 H. Tapi, entahlah, sampai di bangsal ini sedihnya waktu dengat alat bantu pasien yang awalnya bunyinya bip..bip..bip.. berubah jadi bip yang panjang bikin ada sedikit rasa yang menyesak keluar tenggorokan.
Mungkin juga karena tadi, beberapa jam sebelum semuanya selesai, keluarga pasien sempat keliatan sibuk nyari darah buat anaknya. Kebetulan golongannya sama dengan saya. Dan etahlah, seketika aja pengen membantu, tapi sayang, sesampenya di PMI ternyata kondisi saya enggak memungkinkan buat ngebantu si adik bayi.

Semua sudah dibekali dengan garis hidupnya masing-masing. Sebenarnya ada sedikit iri yang terselip dihati saya kepada kedua orangtua si bayi ini. Saya pernah baca begini:

"Anak-anak kaum muslimin akanmenjadi penghuni kecil di dalam surga. Seseorang diantara mereka akan menjemput ayahnya atau kedua orangtuanya, lalu menarik bajunya atau tangannya sebagaimana aku menarik ujung bajumu ini, dan tiada hentinya sebelum Allah memasukkan keduaorangtuanya bersama dia didalam surga" - HR, Muslim, Kitabul Birri wash Shalih dan Ahmad. 

Jawaban itu muncul dari Abu hurairah berdasarkan hadist dari Rasulullah yang menjawab kegundahan Abu Hassan yang dua orang anaknya telah meninggal dunia.

Rasulullah bersabda: tidaklah sekali-kali sepasang orang muslim ditinggal mati oleh ketiga orang anaknya yang belum baligh, malainkan Allah akanmemasukkan keduanya bersama anak-anak mereka kedalam surga berkat karunia dan rahmatnya. Dikatakan kepada anak-anak tersebut, masuklah kalian kedalam surga! Kemudian anak-anak itu menjawab, kami menunggu orangtua kami. Perintah itu diulang hingga 3x tetapi mereka mengeluarkan jawaban yang sama. Akhirnya dikatakan kepada mereka, masuklah kalian bersama kedua orangtua kalian kedalam surga. (HR. Bukhari)

Tapi, tetap dengan syarat bahwa Ibu dan Ayah nya telah merelakannya.

Semoga keduaorangtua serta keluarga yang ditinggalkan merelakan dan berlapangdada atas cobaan yang diberikan.
Semoga disampaikan titipan rindu anti sama khalid ya nak. hehe :)

dan, ya.. yang hidup pasti akan mati.
Nggak muda dan nggak tua. Sudah ada jatah hidupnya masing-masing.
Kalaulah Allah kasihtau sampai berapa jatah kita, pasti kita bisa prepare bekal, supaya nanti pas sampai waktunya kita nggak nyesel.
Sayangnya Allah nggak ngasih tau. Allah mau lihat seberapa besar perjuangan kita dalam mengumpulkan perbekalan.
Semoga kita semua kelak dipertemukan di surganya Allah. Aamiin ya Rabb..

Senin, 15 Juni 2015

Rindu.

masalah. siapa nggak punya masalah? semua punya. pasti punya.
kata orang-orang dulu itu kita nggak boleh lari dari masalah. masalah itu harus diselesaikan.

ngomong emang lebih mudah dari merealisasikan.

ada orang yang paling benci jika masalah datang. coba tebak kenapa. ya, cuma karena dia tidak bisa bergerak menyelesaikannya. dia lebih memilih menghindari datang nya masalah dengan berprilaku baik. sebaik yang dia bisa.

tapi, itu tidak akan mendewasakannya.

ya. dia tau itu.

pernah sebuah masalah datang. dan setelah disadarkan iapun sadar untuk bergerak menyelesaikannya. ya semua selesai. nampaknya selesai. tapi dia yakin meski dahan sudah di pangkas dan taman sudah tidak muram lagi, tapi akar pohon masih ada. tapi apa daya, sudah berkali ia mencoba mencabut akar, tapi akar tersebut yang meng-enggankan diri untuk dicabut. lantas dia bisa apa?

satu perkara selesai.

kemudian datang masalah lagi.
ya datang. kali ini masalah datang dalam bentuk yang semu. bagai asap. tak jelas asalnya. tapi ia ada. namun pasti tak ada asap kalau ada api.

karena dia bukan tipe orang yang suka masalahnya diketahui banyak orang, bertanya hanya akan membuat orang lain tau ia tengah dalam masalah. ia lebih memilih mengusut sendiri. meski setelah sekian lama, berlarut-larut, ia hanya sibuk dengan spekulasi dari dirinya sendiri. spekulasi yang tidak memberikan jawaban pasti.

seharusnya ia bertanya. bertanya pada sekelilingnya. bertanya kenapa. meminta maaf sekiranya memang. tapi ia terus yakin bahwa cara yang ditempuhnya ini benar.
caranya untuk memperbaiki meski tak disuarai.
memperbaiki tanpa mereka tau kalau ia tengah berusaha memperbaiki.
ketakutannya adalah ia akan membratkan orang yang tidak tau apa-apa hanya karena salah memilih tempat bertanya.
ketakutannya hanyalah jikalau tempatnya bertanya memberikan saran dan ia tidak melakukannya, maka orang tersebut akan tersinggung.
ketakutannya jika ia kembali bertanya, masalah memang selesai, namun sering dengan itu muncul senyum-senyum palsu yang justru makin memberatkan hatinya. atau bahkan bila selesai akan berujung dengan.. ah.. ia tak sanggup mengatakannya
dan ketakutan ketakutan lain yang tidak dapat ia ungkapkan.
yang jelas ia takut untuk bertanya.

meskibegitu kenapa kalimat pertanyaan selalu berat keluar dari mulutnya.
kenapa ini bisa terjadi?
kenapa mereka memilih begitu?

mungkin memang ada kesalahan yang telah ia lakukan.
tapi,
kalau ia salah kenapa tidak titegur dari dulu?
kalau ia salah kenapa tidak ada yang mengatakannya?
kalau ia salah kenapa...

kembali hadir banyak pertanyaan yang tak terjawab.

mungkin ia takut di kritik?
mungkin ia takut disalahkan?
mungkin ia takut ditinggalkan?
mungkin ia..

kembali hadir banyak pertanyaan yang tak terjawab.

ia menghembuskan nafas berat. berbaring menghadap langit-langit kamar. ia merasakan kerinduan amat sangat.

rindu.

adzan ashar mulai menggema. satu yang iya tau, ia akan pergi mengadu pada sang Maha. mengadukan sedih hatinya. mengadukan airmata jatuh menghujam ke dasar hati. kerinduan yang hanya dapat dibisikkannya pada bumi. semoga bumi berkenan menyampaikan rindunya paada mereka.