Jumat, 31 Mei 2013

Menyambut Bonus Demografi (Akan kah menjadi kenyataan?)

Indonesia, negeri kita tercinta,  terdiri dari ribuan hamparan pulau  yang tersusun seperti puzle di lautan yang mebentang luas, bagaikan hamparan zamrud di Khatulistiwa. Para punjaga bahkan menyebut bak seonggok tanah surga di planet bumi ini.

Kalau kita tanya apa kekayaan Indonesia, hampir pasti orang menjawab laut, gas, bahan tambang, dan sejenisnya. Tapi, pernahkah ada yang mengatakan penduduk yang besar adalah aset besar dari bangsa Indonesia? Jarang sekali kita mendengar, bahkan mungkin tidak pernah orang menyebut hal itu.
"Kita harus mengubah mindset, bahwa manusia menjadi aset yang terbesar," kata Rektor Universitas Paramadina Dr Anies Baswedan dalam suatu seminar (bkkbn online). 

Indonesia, negeri kita tercinta, terdiri dari hamparan pulau yang tersusun seperti puzle di lautan yang membentang luas, bagai hamparan zamrud di katulistiwa. Para pujangga bahkan menyebut bak seonggok tanah surga di planet bumi ini.

Kalau kita tanya apa kekayaan Indonesia, hampir pasti orang menjawab: laut, gas, bahan tambang, dan sejenisnya. Tapi, pernahkan ada yang mengatakan manusia adalah aset terbesar dari bangsa Indonesia? Jarang sekali. Bahkan saya sendiri belum pernah mendengar hal itu.

Negara  yang Dihuni oleh hampir 237 juta jiwa lebih (SP.2010),dengan laju/tingkat pertumbuhan rara-rata 1,4 % per tahun menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penduduk nomor 4 terbesar didunia.  Sebenarnya apa sih yang menyebapkan tingginya angka pertumbuhan penduduk di Indonesia ini? Hal ini dimata orang awam seperti saya yang mencoba berbicara tentang kependudukan terjadi karna pertumbuhan penduduk di Indonesia yang relatif cepat dan cenderung tidak terkontrol.

"Tahun 2013 ini diperkirakan penduduk Indonesia capai 250 juta," kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Sudibyo Alimoeso  (liputan6.com).


Teori Transisi Demografi menggambarkan bagaimana penduduk indonesia sendiri tumbuh, Empat fase dalam teori itu sendiri, yaitu:
  • Fase1, masa dimana angka kelahiran dan kematian, keduanya ada pada tingkat yang tinggi. Selain angka kelahiran tinggi, angka kematian juga tinggi. Disebabkan karena penyakit, perang, kelaparan, dan sebagainya.
  • Fase 2, yakni masuk pada tahap dimana angka kematian mulai turun, karena mulai berkembangnya ilmu pengobatan. Ingat nggak, penemuan PENICILLIN? Antibiotik ini ditemukan tahun 1930-an oleh Alexander Fleming, itu salahsatu contohnya. Akibatnya, laju pertumbuhan penduduk menjadi tinggi akibat kelahiran, sementara kematian sudah dapat di tekan. Pada saat itu belum ada program pengaturan kelahiran (sebut program keluarga berencana) sehingga jumlah bayi yang lahir tidak terkendali. 
  • Fase 3, merupakan tahapan dimana angka kelahiran mulai turun. penurunan dimulai tahun 1970-an. Pada tahun itu, mulai diintensifkan program keluarga berencana di Indonesia.
  • Fase 4, tahap akhir, ditandai dengan rendahnya kedua indikator tersebut. Angka kelahiran rendah sendiri artinya jumlah bayi yang dilahirkan oleh setiap perempuan lebih sedikit dan angka kematian yang lebih rendah

Dari teori diatas, bisa disimpulkan bahwa negeri kita tercinta ini sangat merasakan teori transisi  demografi yang menjadikannya bangsa dengan penduduk keempat terbesar, demikian juga dengan negara-negara lainnya yang pendudukannya juga besar.

Keberhasilan program, seperti KB, selama berpuluh tahun sebelumnya telah mampu menggeser jumlah penduduk berusia di bawah 15 tahun (anak-anak dan remaja) yang awalnya besar pada piramida penduduk Indonesia, ke penduduk berusia lebih produktif (15-64 tahun).  Struktur piramida yang “menggembung di tengah” semacam ini menguntungkan, karena dengan demikian beban ketergantungan atau dukungan ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk  usia  produktif adalah kepada penduduk usia anak-anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun), sehingga menjadi lebih ringan.










Indonesia yang dulunya berada pada gambar piramid yang pertama berangsur berubah hingga menjadi pada gambar tiga dimana menggembung ditengah (usia produktif lebih banyak). Sehingga menurut teori bonus demografi satu penduduk produktif setidaknya menanggung beban minimal 2 penduduk tidak produktif.

Maka kemudian muncul parameter yang disebut “rasio ketergantungan” (dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non produktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, maka negara tersebut makin berpeluang mendapatkan bonus demografi.

Bonus demografi sendiri adalah bonus atau peluang (window of opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Di Indonesia sendiri, fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu, dan dipercepat oleh keberhasilan kita menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga sekarang.


"Akankah Indonesia bisa mendapatkan bonus demografi ?"

Insya Allah Indonesia, sekitar 2025 hingga 2035 akan mendapatkan bonus demografi. Di masa itu, penduduk Indonesia yang besar akan menjadi aset yang luar biasa jika SDM nya berkualitas dan produktif.

Ini adalah kesempatan emas bagi bangsa Indonesia. Jika kita berhasil memanfaatkannya, kemajuan bangsa ini bukan lagi menjadi sebuah mimpi dan berganti menjadi sesuatu yang ada di depan mata, sesuatu yang menunggu untuk diraih. Tetapi sebaliknya, jika kita tidak berhasil memanfaatkannya, maka habis sudah kesempatan terbaik bangsa ini untuk bisa semakin maju dan berkembang. Penduduk yang besar itu malah akan menjadi “bencana”.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan oleh pemuda Indonesia,khususnya mahasiswa, tonggak pergerakan pemuda di masa kini?  Banyak hal yang bisa dilakukan.  Sebagai seorang pelajar, sudah tentu belajar menjadi kewajiban. Tapi tidak hanya itu, soft skill harus dilatih pula. Sebagai calon pemimpin masa depan, para pemuda tidak hanya harus bisa mencari ide-ide dan solusi tetapi juga harus bisa menyampaikannya secara baik.

Untuk tercapainya peningkatan softskill dari pemuda indonesia, solusi yang bisa dilakukan adalah hal-hal seperti:

  • Penyediaan pendidikan yang memadai untuk meningkatkan ilmu serta keterampilan penduduk usia produktif di pasar kerja.
  • Penyediaan lembaga keterampilan kerja serta informasi lapangan kerja. Bila telah memiliki ilmu, harus  juga belajar cara pengaplikasinya, nah kalau sudah bisa pengaplikasian maka tindak lanjutnya  dibutuhkan informasi lapangan kerja untuk menjadikan ilmu yang ada bermanfaat.
  • Upaya meningkatkan partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif dan sosial. Hal ini maksudnya supaya semakin banyak kelompok produktif yang bisa menyumbangkan tenaganya.


Satu hal yang tak kalah penting dari softskill, adalah moral. Jika moral pemuda saat ini tidak baik, akan menjadi ancaman bagi perkembangan Indonesia di masa depan. Kecerdasan yang tidak dibarengi dengan moral dan karakter yang baik hanya akan membawa kepada perbuatan – perbuatan kriminal. Oleh karena itu, sebagai seorang pemuda yang baik dan sadar akan hal itu, kita harus saling menasehati serta saling mengingatkan agar tetap pada idealisme kita.

                                   

Jadi, jika ada yang bertanya, siapkah pemuda Indonesia saat ini berperan untuk kemajuan bangsanya? Kita harus dengan lantang menjawab YA! 

Mulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dan dari sekarang. Untuk Indonesia yang lebih baik dan Bermartabat. Sudah saatnya Indonesia untuk dikenal karena bangsanya yang maju. Bangsa kaya karena SDM yang besar dan berkualitas.



2 komentar: