Sabtu, 09 November 2013

Dose and Dos(a) - Kekhilafan si calon farmasis

Untuk mencapai hasil terapi yang maksimal, pasien harus menggunakan obat sesuai dengan aturan terapi yang diberikan. Sesuai dengan aturan pakainya. Kalau tertera di brosur/etiketnya 3x1 sendok takar 5 ml, ya diminum sesuai itu. Kalau tertulisnya 3x1 gelas takar 15 ml, ya diminum segitu. Termasuk kalau tertulis disana 3x1galon 6L sehari. Ya tetep, musti diminum sesuai aturan pakai yang ada. Biar sehat. Mau sehat kan? MAU KAN? MAKANYA MINUM OBATNYA YANG BENER. *fuih. tarik nafas* *kembali kalem*

Sebagai mahasiswa farmasi sendiri, saya kurang lebih paham lah gimana gimana aturan pakai obat (Cuma paham ya. Dan sedikit-sedikit tau. Nggak hafal semuanya ya! catet). Tapi, walaupun gitu, saya  gue juga manusia biasa. Terkadang suka hilaf. Ngg.. nggak hilaf juga sih namanya. Mungkin tetap ternggelam dalam kesalahan dan enggan untuk beranjak menunaikan kebenaran. Oke. Ini salah. Dan saya sudah memulai untuk memperbaiki diri.

Ya.. ya.. ya.. saya termasuk orang yang kalo minum obat apalagi yanggenre sirup dengan cara yang semaunya saja, apalagi kalo sirupnya manis, dan apalagi kalau obat-obat biasa dan bukan obat yang aneh-aneh. Apalagi jenisnya kalau obat batuk sama sejenis obat sariawan yang cairannya warna merah itu. Tambah semaunya aja saya minumnya. Hahaha.
kenapa? Alasannya.. simple.. Karna malas nyuci sendok *ups*


Alasan yang nggak masuk akal sih dan tergolong sangan tidak berbobot memang, tapi emang kenyataanya gitu. Gue baru tobat itu setelah dosen disalah satu matakuliah gue semester ini nyeletuk "nah, jadi dalam pemakain obat itu harus sesuai dosis ya. kadang ada tuh orang yang minum obat sirup suka-suka dia aja. mentang mentang cuma obat batuk, mentang-mentang cuma obat apa gitu yang menurut dia biasa-biasa aja, minum nya langsung glek.. glek.. aja. emangnya minuman ringan?" si ibuk diam sebentar sementara temen-temen di barisan belakang sudah cekikikan pelan, ngebayangin apa yang ibuk bilang. Yang deretan depan diam aja. Oke, kayanya lucu meter kita berbeda. "atau jangan-jangan kalian disini juga ada yang jadi pelakunya???" Seketika gue yang juga cekikian membayangkan langsung tertunduk. Mampus. Gue tersangka. GUE TERSANGKA UTAMA DISINIII. SEMBUNYIKAN SAYAA.. SEMBUNYIKAANNNN..!

Gue akui itu sangat salah. Obat harus diminum sesuai dosis. Bahkan untuk oba penyakit ringat menurut kita sekalipun. Detik itu juga gue merasa gagal jadi mahasiswa farmasi. Gimana pasien gue mau nurut kalau guenya aja begajulan gitu. Lantas kemana selama ini ilmu yang gue pelajari?

Belakangan gue ingat sih, begajulannya gue minum obat itu kejadiannya jaman-jaman gue SMA sampe awal-awal kuliah dulu. Jaman SMA gue di asrama, dan kuliah sudah pasti ngekos. Ya, namanya juga maba, belajanya masih matakuliah dasar umum. Tau jurusan ya cuma sekedar nama. Waktu itu aja gue masih belum ngeh sama jurusan sendiri. Masih sering ngebayangin juga kalau kalau gue berganti warna almamater jadi warna.. *tiit* dan dalam rentang itu sampai hari ini saya nggak ada mengkonsumsi obat batuk dengan glek glek lagi *seingat saya, soalnya kalo batuk minum obatnya dirumah. dan banyak sendok dan itupun saya jarang lagi batuk*

Tapi tetap. Gue salah.
Maka dari itu gue udah bertekat untuk tobat setobat-tobatnya. tobatan nashuha~

sengaja difoto sebelum di cuci, sebagai bukti pertobatan gue. Ehem.


Para pembaca yang budiman, sekali lagi gue saya ingatkan ( pake saya lagi biar keliatan serius) ketercapaian terapi pasien itu bergantung erat dengan kepatuhan dari si pasien dalam menggunakan obatnya. oke sip!
kesalahan saya bukan untuk ditiru, tapi untuk dijadikan pelajaran saja. Diketawain boleh sih, tapi jangan keseringan ketawanya, ntar dikira...


oke deh. see ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar