Senin, 13 Januari 2014

Resensi: Negeri Para Bedebah

Judul                  : Negeri Para Bedebah
Pengarang          : Tere Liye
Penerbit              : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal                  : 433 Halaman





Di negeri pada bedebah, kisah fiksi kalah seru disbanding kisah nyata
Dinegeri para bedebah, musangn berbulu domba berkeliaran dihalaman rumah.
Tetapi, setidaknya, Kawan, dinegeri para bedebah petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.

Tere liye bukanlah nama baru didunia tulismenulis. Belasan karyanya sudah dapat ditemukan berderet di rak-rak utama toko buku terkemuka. Setelah ter-image bahwa karya-karya seorang tere liye adalah karya fiksi yang berkisahkan tentang roman atau kisah keluarga yang memiliki banyak pesan tersirat serta kalimat-kalimat bijak yang ringan namun menyentuh, melalui buku “Negeri Para Bedebah” ini tere liye hadir dengan suasana baru yang sangatlah berbeda. Negeri Para Bedebah yang diterbitkan pertama pada juli 2012 ini memiliki genre action yang walaupun hanya dari tulisan namun tetap membuat pembacanya terkaget-kaget menanti kelanjutan kisah pemeran utamanya, thomas, dari baris per-barisnya.

Thomas sendiri adalah seorang konsultan keuangan yang cukup dikenal. Lulusan sekolah bisnis yang hebat di luar negeri ini memiliki jalan berfikir yang sangatlah berbeda yang membuat para kliennya bertepuk salut. Namun, dibalik itu Thomas memiliki sebuah dendam masalalu dengan om nya sendiri, Om Liem yang semula dianggapnya bersalah atas kematian kedua orang tuanya dan juga kehancuran keluarganya. Besar dengan segala nasehat opa nya yang juga seorang pengusaha sukses, tommy  -panggilan kesayangan Thomas-  menurunkan pola pikir opa yang sangatlah bijaksana dan penuh taktik.

Hingga ahirnya Thomas dipertemukan dengan sebuah kasus tersembunyi selama ini, sebuah kasus yang terkait dengan masa lalu kelamnya. Walau masih menyimpan dendam pada om nya, Om Liem, namun Thomas tidak bisa tinggal diam melihat kasus likuidasi bank Semesta yang dipimpin Om nya itu karena menurut penyelidikannya hal itu adalah rekayasa orang-orang tamak yang berkuasa. Thomas memutuskan masuk kedalam kasus rumit Bank Semesta dengan meloloskan Om Liem yang akan ditangkap petugas kepolisian. Bagaikan belut Thomas berkali-kali lepas dari incaran polisi yang mengejarnya karna melarikan tahanan penting negara. Dia berusaha mati-matian agar bank tersebut tidak jadi di tutup, mempengaruhi ibu menteri dengan berbagai bukti bahwa bank ini berkaitan banyak dengan uang Negara, mencuci otak putra mahkota sebuah partai, hingga baku hantam dengan seorang jaksa dan petinggi hukum yang ternyata adalah penghianat keluarganya. Selama pelariannya Thomas ditemani seorang wartawati yang tidak sengaja masuk kedalam cerita rumit Thomas dan juga asisten setianya Maggy.

Bukan Tere LIye namanya kalau tidak memberikan ending yang diluar prediksi pembaca. Setelah nafas naik turun mengimajinasikan kisah dua hari Thomas dalam pelariannya pembaca disuguhi ending yang benar-benar terasa puas meski masih dibuat menggantung.

Sayangnya dalam buku ini digunakan bermacam kosakata yang berkaitan dengan dunia ekonomi yang membuat bingung orang-orang awam seperi saya. Namun hal itu bisa dikesampingkan dengan jalan cerita yang berhasil membuat saya berdecak kagum, selain juga kalimat-kalimat bijak yang walau singkat namun membekas diingatan. Sekali lagi saya merasa tidak rugi menjadi pecinta karya seorang tere liye.

Sayangnya tempat persembunyian terbaik itu justru ditempat yang terfikir oleh lawan, namun disepelekan olehnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar