Jumat, 06 Maret 2015

"dua jam untuk selamanya" - Jalan sore keliling Unand bareng Kurniawan Gunadi.

terinspirasi dari sang inspirator yang posting caption instagram "5 hari untuk selamanya" makanya posting kali ini dinamai "Dua hari untuk selamanya". Bukan atas dasar maksud lain yang terselubung. Tapi kalau ternyata dua jam ini emang terkait dengan sesuatu, ya, who knows lah ya.. hahaha. Oke, kembali ke hari ini, atau lebih tepatnya kemaren. -.-a (baru inget ini udah dinihari).

Kaya caption post instagram beberapa jam yang lalu, yang juga terinspirasi dari  Ahmad Rifai Rif'an yang bilang "Karena tuhanku maha besar, maka doaku juga besar". Saya suka mengkaitkan ini dengan skenario hidup - karena saya suka berandai-andai. Setidaknya dulu begitu. Saya terkadang menghayalkan sesatu dengan sedikit harap akan diwujudkan oleh sang maha takdir. Tapi semenjak baca "Karena tuhanku maha besar, maka doaku juga besar"maka, saya perlahan menghilangkan kebiasaan 'mengkhayal takdir sendiri' ini. Kenapa?. Sederhana. Karena pasti skenario buatan sang maha skenario lebih maha lagi. Dan skenarionya sang pemilik jiwa dan raga ini nggak pantes buat di sandingkan sama skenario hasil pemikiran si manusia yang pemikirannya terbatas ini.

Sekian mukadimahnya. hahaha. Sok penting gitu saya ya, pake-pake mukadimah. Tapi, mukadimah ini berkaitan lagi dengan 'something wow' hari ini.

Pernah suka tulisan? ya!
pernah suka membaca tulisan seseorang di media sosial? sering banget!
pernah sebegitu senangnya pas tulisan-tulisan itu dibukukan? pernah!
pernah ngimpi buat ketemu sipenulis dan jalan-jalan santai keliling kampus sore-sore? .... *diem aja*

Ini lah yang terjadi sore, kemaren.

Nggak terpikir sebelumnya kenapa sore kemaren itu post seorang oknum R di salah satu grup bisa masuk, padahal sinyal di kafe fakultas itu bener-bener sesuatu. Dan nggak kepikir juga kenapa bisa sore itu tergerak tangan ini buat buka notifikasi di hp. Pokoknya dari hal-hal tak terpikir kenapa bisa terjadi itu, saya dan 4 orang teman saya bertemu dengan seorang penulis yang sudah lama kami favoritkan tulisan-tulisannya. Emang sih, si empunya buku hujan matahari ini bakal mengisi salah satu acara latihan kepenulisan besok hari (hari ini), kami-kami sih udah berniat untuk hadir di talkshow itu, sayangnya ada acara lain yang bener-bener bikin kami, terutama saya sendiri berfikir keras. Dihadapkan dengan 2 pilihan kesempatan yang sama-sama sekali seumur hidup siapa yang nggak bingung coba? Ahinya saya memilih untuk mengutamakan acara teman saya. Dan tenyata pilihan saya nggak salah. Memilih untuk melepaskan satu dari dua, namun ternyata sang maha takdir malah memberikan keduanya untuk saya. Maka nikmat tuhan mana yang kamu dustakan? Bahkan, yang awalnya cuma niat buat foto aja, malah bersambung dengan ikut jalan-jalan bareng keliling kampus. FYI, selama mahasiswa masih banyak sudut kampus yang belum saya jajaki, dan hari ini, saya berhasil tour keliling beberapa bagian kampus (karena emang gak bisa dikelilingin full kalo jalan kaki) sampai di titik tertinggi (katanya) dan menikmati sunset bareng dengan orang-orang hebat! rasanya sesuatu banget banget banget. Angin sepoi sepoi diatas gedung jurusan teknik sore kemaren kerasa beda. hehe. Kalo katanya mas gun itu, "Nggak penting viewnya itu dimana, yang penting itu dengan siapa". hahahah. Nggak kebayang sebelumnya kaki ini kuat buat jalan dari mesjid kampus sampe ke bukit nya jurusan teknik nun jaun disana bareng-bareng 'orang-orang wow' ini.

Poin yang saya catat dengan sangat adalah betapa seorang hebat ini punya sifat humble yang luar biasa. Ikut ketawa-ketawa, ngobrol ngarungidul entah kemana, negajawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin besok juga bakal ada ditanyain sama peserta talkshownya, dan malah pake di bully berjamaah sama tuan rumah. Bener-bener quality time yang, nggak sebanding dengan harga tiket buat ikut talkshownya besok.

Alhamdulillah for today :)


*picture nya nyusul ya, hehe










Tidak ada komentar:

Posting Komentar